Senin, 10 November 2014

Diesel Engine Analyzer (DEA)



Diesel Engine Analyzer (DEA)

Diesel Engine Analyzer (DEA) adalah alat yang dipergunakan untuk menganalisis kondisi diesel agar dapat dilakukan perawatan secara condition monitoring. Alat tersebut terdiri dari perangkat keras dan perangkat lunak yang terdapat dalam satu paket. Pada awalnya perangkat lunak tersebut hanya dapat dipergunakan di satu komputer yang terdapat perangkat lunak tersebut saja, akan tetapi untuk memenuhi kebutuhan persebaran informasi yang lebih cepat maka dilakukan perancangan ulang terhadap perangkat lunak-nya sehingga dapat digunakan dalam basis web.
Pembuatan ulang perangkat lunak tersebut juga mencakup perancangan dan pembuatan dari interface serta basisdata yang akan digunakan. Pembuatan basisdata dilakukan dengan mysql agar dapat terhubung baik dengan interface yang menggunakan PHP. Selain itu dilakukan juga perbandingan antara beberapa metode analisis numerik yang dipergunakan dalam perangkat lunak sehingga pada akhirnya analisis yang dilakukan dapat mendekati kenyataan (akurat).
Pada akhirnya maka didapat kesimpulan, dimana pembuatan perangkat lunak DEA berbasis web serta analisis yang dilakukan berhasil untuk diterapkan, metode penentuan sudut awal pembakaran dengan least square fit sulit untuk diterapkan pada perangkat lunak, dan selain itu metode yang digunakan untuk penentuan sudut awal pembakaran adalah metode finite divided-difference formula.

Sumber : 

DODY BUDI SATRIYO , S1 - Department of Mechanical Engineering ITB , Bandung, 2010

Synchronous-Time Averaging



Synchronous-Time Averaging

Synchronous-time averaging merupakan salah satu metode perata-rataan yang dilakukan dalam domain waktu. Jenis perata-rataan ini berfungsi untuk menghilangkan sinyal noise yang terjadi, sehingga sinyal yang muncul merupakan  sinyal yang periodik. Sementara itu, analisis sinyal non-periodik merupakan metode untuk memunculkan sinyal tak periodik penghasil getaran. Pada umumnya sinyal periodik yang terjadi telah diketahui sumbernya sehingga sinyal tak  periodiklah yang dibutuhkan dalam proses pengukuran getaran.
Sistem perawatan prediktif yang sering digunakan oleh industri dewasa ini adalah analisis sinyal getaran. Untuk melaksanakan kegiatan tersebut diperlukan perangkat akuisisi data yang mampu menganalisis sinyal getaran. Penelitian ini bertujuan untuk mengembangkan perangkat lunak berbasis LabVIEW 8.5 untuk perangkat keras NI USB-4432 yang mampu melakukan pengukuran synchronoustime averaging dan analisis sinyal non-periodik.
Metode synchronous-time averaging dan analisis sinyal non-periodik yang telah dibangun pada perangkat lunak akuisisi data ini telah diuji kehandalannya dengan menggunakan sinyal simulasi, perangkat uji massa tak seimbang, dan perangkat uji roda gigi. Pada pengujian dengan sinyal simulasi, MSA HP 3566A dijadikan alat akuisisi data acuan. Sementara itu, pada perangkat uji massa tak seimbang dan roda gigi, DAQPAD 1200 dijadikan alat akuisisi data acuan. Dari pengujian tersebut dapat disimpulkan bahwa perangkat lunak yang dikembangkan telah berhasil melakukan pengukuran syncrhonous-time averaging dan analisis sinyal non-periodik dengan baik.

Sumber : 

DIMAS ARYO BUDI S, S1 - Department of Mechanical Engineering ITB, Bandung, 2011

Salt-Gradient Solar Pond (SGSP)


Salt-Gradient Solar Pond (SGSP)

SGSP merupakan salah satu alternatif cara penyimpanan energi matahari selain menggunakan tangki air panas, batu-batuan, dan material berubah fasa, yaitu dengan menggunakan larutan air garam. Hal ini menjadikan SGSP sangat praktis dalam pembuatan dan mudah dalam pengoperasiannya untuk menyimpan energi matahari.

Sumber : 
RIZKI NARINDRA MUHAMMAD, S2 - Mechanical Engineering ITB, Bandung, 2011

Equipment Criticality Rating



Equipment Criticality Rating

Equipment criticality rating merupakan suatu metode untuk menentukan peranan suatu peralatan terhadap peralatan lain berdasarkan dampak kegagalan dalam suatu proses produksi. Tujuan dilakukannya ECR adalah untuk menyederhanakan aktifitas perawatan dan penyediaan suku cadang. Dengan dilakukannya ECR, diharapkan perintah kerja yang bersifat darurat menjadi sedikit. Hal ini akan menyebabkan banyak perintah kerja yang bisa dilakukan perencanaan sehingga wrench time dapat ditingkatkan. Berkurangnya perintah kerja yang bersifat darurat pun dapat digunakan untuk meningkatkan preventive maintenance daripada corrective maintenance yang bersifat reaktif. Di lain hal, Penyediaan suku cadang menjadi optimal, karena penyediaan suku cadang yang tidak perlu berkurang.

Sumber : 

1.       RUBEN JUNUS SILABAN, S1 - Department of Mechanical Engineering ITB, Bandung , 2011